Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
BudayaSOSBUD

Budaya Menyemarakkan Praktek Keagamaan

273
×

Budaya Menyemarakkan Praktek Keagamaan

Sebarkan artikel ini
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir.(muhammadiyah.or.id)
Example 468x60

YOGYAKARTA, potretkita.id – Bagi Muhammadiyah, seni dan budaya itu penting untuk menyemarakkan kehidupan. Hukumnya mubah atau boleh.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir menyatakan, budaya yang hidup di masyarakat, turut menyemarakkan praktek keagamaan. Praktek beragama, ujarnya, menjadi hidup dan kaya karena adanya tradisi keagamaan.

“Kita harus memandang budaya dan agama harus secara arif dan proporsional. Jika budaya dilihat melalui kacamata yang sempit, terkesan banyak tidak bolehnya. Padahal budaya yang hidup itu juga menyemarakan praktek-praktek keagamaan,” katanya, dikutip dari laman resmi muhammadiyah.or.id, diakses pada Jumat (12/1/2024).

Haedar yang merupakan Guru Besar Sosiologi ini mencontohkan, tradisi atau budaya syawalan yang dimiliki oleh muslim di Indonesia. Dia sepakat, budaya syawalan tidak termasuk ibadah, akan tetapi tidak kemudian Syawalan dianggap menyalahi agama.

READ  Sekdako Winarno Buka Silatwil BEM PTMA se-Sumatera

“Saling mengunjungi, salam-salaman, dan di Jawa juga ada tradisi sungkeman, tradisi cium tangan,” ungkapnya.

Haedar menilai, seni dan budaya yang substantif dalam pandangan Muhammadiyah adalah mubah. Kecuali seni dan budaya tersebut malah menjadi penyebab melupakan dan menjauh dari Allah.

“Wilayah seni itu adalah wilayah yang mubah, boleh dilakukan. Dia menjadi haram ketika membuat orang menjauh dari Allah, itu biasanya dari praktek seni budaya itu, bukan watak dasar dari seni dan budaya. Bahkan juga seni dan budaya yang semakin mendekatkan diri pada Allah juga banyak,” ungkapnya.

Agama yang sifatnya mutlak, menurut Haedar, sebagaimana pandangan dari Majelis Tarjih Muhammadiyah adalah meliputi wilayah aqidah, ibadah, dan akhlak. Bahkan dalam akhlak, Muhammadiyah tidak mengenal akhlak situasional.(muhammadiyah.or.id)

Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *