Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
BERITAMahasiswaSEKOLAHSumbar

Surau Kukuh Negeri Rapuh

129
×

Surau Kukuh Negeri Rapuh

Sebarkan artikel ini
Surau kukuh di Bukik Batabuah.(*)
Example 468x60

Oleh Suci Arma Wahyu Nasution
Mahasiswi ISI Padangpanjang

AGAM, potretkita.id – Rintihan hujan di kala senja hingga petang yang tak kunjung henti, menderu semakin deras di atap rumah.

Tetesan hujan yang tak lazim di dengar dari biasanya, tak nyaman di telinga. Aliran dari puncak gunung membawa lahar dingin. Amukan angin ikut serta menemaninya.

Jamal (50), seorang guru olahraga, berdiri di teras Surau An-Nur BukitlBatabuah, dengan baju kaos dan sepatu boot kerja yang telah berhias lumpur, mamandangi setiap sudut yang telah luluh-lantak akibat tragedi banjir lahar dingin, pada 11 Mei 2024 di Bukit Batabuah, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

“Saya tidak mengira dampaknya akan separah ini, hujan deras pada pukul 22.00 WIB. Tak lama setelah itu, terdengar suara yang gemuruh dari puncak Gunung Marapi. Suara yang sangat berat, seperti ada yang menggelinding ke arah kampung kami,” ujarnya.

Jamal menguatakan hal itu, saat diwawancara pada15 Mei 2024, sekira pukul 15.30 WIB, di Bukik Batabuah.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, ketika sebagian besar orang sudah terlelap. Tidak ada firasat buruk dan mengerikan terpikirkan, hanya saja hujan yang semakin deras kian bercucuran tiada bersauh.

Lama-kelamaan, sungai yang tidak kuat menampung besarnya arus, memuntahkannya ke segala penjuru negeri.

Air semakin naik ke pemukiman, batu-batu besar turun secara serentak. Tiada lagi tidur yang lelap, semuanya terbangun dan melihat air sudah masuk dari gorong-gorong menuju dalam rumah.

READ  Jalan Darurat di Lembah Anai Sedang Disiapkan

Barang-barang dengan posisi indah yang ditata, secepat mungkin dikemas menuju tempat yang aman. Sementara intuisi lainnya, tidak memikirkan harta dunia lagi melainkan keselamatan diri yang paling utama.

“Banjir lahar dingin dengan ketinggian hampir 12 meter dari permukaan sungai, menjadi banjir yang paling dasyat selama saya tinggal di sini,” katanya lagi.

Bukan hanya air deras yang membanjiri rumah warga saja, batu besar yang beratnya ditaksir mencapai satu ton, kayu-kayu raksasa dari atas Gunung Marapi, menjadi penyebab keretakan dan hancurnya rumah-rumah warga.

Tapi ada yang di luar nalar. Di balik hancurnya rumah-rumah warga karena hantaman banjir disertai batu-batu besar dan pohon raksasa, surau yang letaknya tepat disamping Sungai Bukik Batabuh tetap berdiri dengan kukuh, tegak, dan kuat.

Surau An-Nur Bukit Batabuah menjadi bagunan paling depan di muka Gunung Marapi. Di samping kiri surau terdapat rumah-rumah warga.

Di sebelah kanannya adalah Sungai Bukit Batabuah yang alirannya langsung dari Gunung Marapi, sedangkan di belakangnya terdapat kolam ikan, dan juga hamparan sawah luas.

“Pada malam kejadian, ada sebelas pemuda yang sedang melakukan musyawarah di dalam surau. Sampai pada detik-detik terjadinya banjir bandang tersebut,” jelasnya.

Satu di antara sebelas pemuda menyelamatkan kendaraannya, yakni mobil yang terparkir di halaman surau, dan sepuluh pemuda lainnya tetap berada dengan rasa cemas di dalam surau.

READ  Wirya Pj Bupati Deliserdang, Dimposma Pimpin Taput

Malang tak dapat dihindari, pemuda yang berusaha menyelamatkan diri dan kendaraannya malah terbawa oleh arus banjir, sedangkan sepuluh pemuda tersebut berhasil selamat. Mungkin karena bertahan di dalam surau.

Bangunan-bangunan dengan beton yang dianggap kokoh tepat berada di samping surau, telah musnah oleh tusukan pohon-pohon yang menikam dari belakang, dan bebatuan raksasa.

Material dari puncak gunung dan sepanjang alian sungai itu, tiada ampun menyerang tanpa bisa dihentikan. Tidak ada dinding yang tersisa, yang ada hanya lantai berupa keramik yang masih melekat sebagai pijakan dengan serpihan-serpihannya.

Di luar nalar manusia, tempat yang dipenuhi dengan kemulian untuk beribadah kepadanya berdiri dengan gagah, tanpa ada bagian yang roboh. Sungguh kuasa Allah, rumah-Nya Ia jaga.

Surau An-Nur seperti namanya yang berarti cahaya, kilauannya terasa sejuk dipandang dari suasana kelam setelah puing-puing retakan bangunan yang mendominasi daerah sekitar.

Kayu dan batu raksasa tiada yang berani menyinggung tubuhnya, seperti ada jalur tersendiri, sehingga arus air yang menghayutkan kayu dan batu itu, malah menjadi pagar pelindung pada seluruh bagian surau agar air tidak masuk ke dalamnya.

Atap, dinding, teras, lantai, dan bagian surau lainnya masih dengan kondisi yang elok. Sedangkan tempat lainnya porak poranda oleh hantaman banjir lahar dingin yang terjadi tanpa memberi isyarat apapun.***

Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *